BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

INGAT SELALU

Monday, February 2, 2009

Generasi Al-Muzammil

Imam Ahmad bin Hambal meriwayatkan dari Ummul Mukmin Aisyah ra bahwa Allah telah mewajibkan qiyamullail kepada Rasulullah Saw. di awal surat ini. Beliau dan para sahabat telah menegakkannya di sebagian malam sehingga kaki-kaki mereka bengkak. Setelah genap dua belas bulan, Allah memberikan keringanan dengan diturunkannya ayat kedua puluh dari surat ini pula. Maka berubahlah hukum qiyamu lail yang tadinya wajib menjadi satu ibadah yang sunnah.Surat Al Muzammil turun pada marhalah bina’. Marhalah penggemblengan ruh. Para sahabat merupakan calon dai dan mujahid digembleng dengan gemblengan yang berat. Selama satu tahun mereka harus bangun di tiap tengah malam untuk berdiri shalat berjam-jam. Mereka dituntut untuk taat, tunduk, patuh dan berpegang teguh pada perintah Allah dan Rasul-Nya.

Kewajipan qiyamullail bukanlah sekadar berdiri sholat berjam-jam lamanya. Tetapi ia merupakan tarbiyah imaniyah. Yakni, tarbiyah untuk selalu berhubungan dengan Yang Maha Pencipta, untuk bermunajat ke pada-Nya. Ia merupakan wasilah untuk mendekatkan diri, berdzikir dan bertawakkal kepada-Nya.

“Sebutlah nama Rabb-mu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketaatan, (Dialah) Rabb masyriq dan maghrib, tiada Illah melainkan Dia. Maka ambillah Dia sebagai pelindung.” (QS. Al Muzammil: 8-9)

Sungguh!! Berdzikir kepada Allah taat, tunduk dan patuh kepada-Nya, bertawakkal dan beribadah hanya kepada-Nya, merupakan senjata yang ampuh di medan dakwah yang penuh dengan rintangan dan cubaan. Semuanya akan menjadikan para calon du’at dan mujahid terbiasa untuk bersabar atas cubaan yang datang secara berterusan. Mereka akan terbiasa menanggung derita dan istiqamah dalam mempertahankan haq. Ini semua merupakan satu satunya senjata pada marhalah bina’. Marhalah yang belum diizinkan untuk menghadapi kaum kafir secara langsung.

“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik” (QS. Al-Muzammil : 10).

Sungguh seorang da’i atau mujahid yang diatas pundaknya terbebankan panji-panji dakwah, pasti akan mendapati cubaan, siksaan dan intimidasi, dan tentu sangat memerlukan senjata untuk mengukuhkan mereka.

Senjata yang meneguhkan hati dan jiwa mereka. Mereka hanya akan mendapatkannya jika dalam marhalah bina’ mereka telah digembleng dengan gemblengan Al Muzammil. Dan harakah islamiyah jika tidak menggembleng generasinya dengan gemblengan Al-Muzammil, mereka akan berjatuhan di tengah jalan ketika mereka dihadapkan pada cubaan dan intimidasi.

Generasi Al Muzammil harus dibina dibawah konsep Qur’ani. Dan tidaklah cukup jikalau Al Qur’an hanya dijadikan sebagai pusat dan sumber intelektualiti belaka. Tetapi Al Qur’an harus dihafal. Khusus bagi mereka yang masih berumur muda.

Perlu diingat makna qiyamul lail tidak akan pernah menjadi realisasi selama calon da’i atau mujahid tidak hafal ayat-ayat Al Qur’an kecuali beberapa ayat saja. Bagaimana ia akan merasakan nikmatnya bermunajat, sedangkan ia hanya hafal beberapa ayat dari Al Qur’an dan diulangnya tiap rakaat sholatnya? Bagaimana ia akan merasa khusyu’? Sungguh !! betapa nikmat, tatkala kaki berdiri tegak untuk memulai munajat, hati tergerak disinari ayat-ayat Ilahi, yang kemudian dibiaskan ke dalam penglihatan, pendengaran, jiwa dan kehidupan.

Penghasilan generasi Al Muzammil yang mantap adalah sesuatu yang amat penting untuk kesinambungan dakwah. Generasi pemuda yang memiliki sebahagian Al Quran di dadanya amat-amat diperlukan untuk memimpin arus harakah Islamiyyah dalam era moden ini, yang penuh dengan kegelapan yang memerlukan kekuatan rohaniyyah para duat untuk menjulang risalah Allah.

Inilah yang akan menjadi bekal mereka, yakni Al-Quran. Dengan bekal ini, mereka akan bisa meneguk nikmatnya bermunajat, qiyamul lail dan bertaqorrub kepada-Nya.

Inilah potret generasi Al Muzammil, seorang pemuda yang telah melalui hari-harinya dengan kecintaan pada ibadah, ketaatan , dan taqorrub kepada-Nyaa. Pemuda yang selalu bertilawah dengan tartil, yang setiap malam air mata mengucur deras dari pelupuk matanya. Mentadabburi ayat-ayat-Nya. Pemuda yang Al Qur’an terukir di hati dan fikirannya.

0 comments:

BLOG MOOD


LinkWithin

Related Posts with Thumbnails